Saturday, January 9, 2016

Transportasi Publik Yang Terintegrasi Efektif, Efisien,dan Manusiawi (Tugas 4 IBD)


Beberapa persoalan saya coba petakan, kenapa Jakarta atau perjalanan menuju ke dan/atau dari Jakarta begitu macet. Persoalan mendasarnya adalah tidak adanya transportasi umum yang nyaman dan memadai. Saya sendiri nggak tahu, kenapa di setiap moda transportasi selalu ada 2 kelas, padahal pembedaan kelas ini justru membuat ketidaknyamanan dan juga pastinya memiliki standar layanan yang berbeda. Lihat saja bus, memiliki minimal dua layanan yaitu layanan ekonomi dan layanan AC.
Di Jakarta ini cuma ada dua moda transportasi yang cukup nyaman namun belum tentu memadai yaitu TransJakarta dan juga KRL. Namun, menurut saya itu tak cukup, karena orang masih sulit berpindah antar moda, meski ada beberapa stasiun dan halte yang berdekatan, menurut saya seharusnya bukan berdekatan tapi stasiun juga merangkap halte. Problem ini menurut saya terjadi karena Pemerintah memilih TransJakarta sebagai tulang punggung transportasi Jakarta, padahal sebenarnya lebih baik Pemerintah fokus pada KRL sebagai tulang punggung transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya. KRL melayani penduduk luar Jakarta untuk bepergian ke atau dari Jakarta sehingga penambahan layanan lain seharusnya mengikuti struktur transportasi KRL juga. Dari sini, tentu akan ada kemudahan bagi Pengguna KRL untuk berpindah ke moda transportasi lainnya.

Friday, January 1, 2016

Opini Teroris (Tugas 3 IBD)


Masalah terorisme sepertinya akan menjadi sesuatu yang memerlukan penanganan secara kontinualitas karena perkara ini sudah menjadi budaya dan seolah-olah menjadi sesuatu yang biasa. Kejeraan rakyat Indonesia akan terorisme menjadi berkurang dengan adanya estetikasi kekerasan yang banyak ditayangkan di televisi dan situs-situs tertentu. Tidak semanis yang kita bayangkan dengan kematian para teroris maka ancaman terorisme akan musnah begitu saja tanpa ada dampak signifikan terhadap bangsa Indonesia. 

Mengingat mereka meninggalkan banyak kader yang memang telah terdoktrin dengan konsep ajaran yang mereka yakini benar adanya dan mesti direalisasikan dalam demonstrasi pengeboman sebagai wujud amar ma’ruf nahi munkar. Idealnya, proteksi timbulnya terorisme yang lebih ganas lagi dan penangkapan para bibit-bibit teroris harus terus dilakukan sebagai antisipasi akan menyebarnya virus teroris baru yang berpotensi menjadi budaya destruktif di Indonesia. Dengan demikian bangsa tidak lagi direpotkan dengan ulah para teroris yang telah memiliki banyak jaringan di dunia itu.

Penanganan kasus terorisme di Indonesia sudah selayaknya menjadi tanggung jawab rakyat Indonesia tanpa tekecuali sesuai dengan amanat yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melaksanakan ketertiban dunia. Bagaimana sebuah bangsa akan memunyai andil terhadap terciptanya ketertiban dunia kalau tidak diawali dengan terealisasinya kondisi negaranya yang tertib dan aman dari segala ancaman. Beranjak dari bangsa Indonesia sebagai Negara yang demokrasi yang katanya pemerintahan itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, maka sudah menjadi suatu keniscayaan ketika masalah terorisme ini penanganannya menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Sehingga hasilnya pun akan optimal karena dimotori oleh banyak kalangan yang masing-masing memiliki peran yang berarti. Sedikit banyak kontribusi yang diberikan tentu begitu bermakna guna mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang aman, nyaman dan tentram.

Begitu banyak pengeboman yang terjadi di negara tercinta ini. Betapa banyak rakyat Indonesia yang terkecam dengan beredarnya teror bom di berbagai tempat. Hal ini tentu akan berpotensi menjadi sebuah budaya yang legal dan tidak tabu lagi dipandang oleh kasat mata karena frekuensinya yang tinggi. Ditambah dengan banyak penayangan informatif dan rekreatif oleh stasiun-stasiun televisi yang awalnya dimaksudkan untuk memberikan peringatan akan bahaya bom dan teror justru menjadi bahan tontonan yang mengasyikkan bagaikan serial film yang selalu menarik dinikmati atau laksana sinetron yang terus bersambung sejalan dengan beruntunnya peristiwa itu. Semuanya mungkin saja terjadi pada bangsa ini jika hal itu tidak terus digandeng oleh proteksi (pencegahan) dan sosialisasi untuk berdakwah dengan jalan yang benar. 

Dengan segala upaya yang dilakukan baik oleh pihak kepolisian khususnya dan seluruh rakyat Indonesia umumnya diharapkan akan meminimalisir potensi terorisme yang segala bentukmya itu menjadi sebuah adat atau budaya pada masyarakat Indonesia yang berasakan Pancasila yang salah satu sila keduanya berbunyi, “Kemanusian yang adil dan beradap”. Sila ini mengandung nilai filosofis agar bangsa ini menjadi bangsa yang menghargai hak dasar manusia sebagai makhluk tuhan yang menghendaki kehidupan yang adil dan bermoral tinggi, Sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang aman, tentram bahkan sejahtera dengan lenyapnya masalah terorisme ini dan mampu menjadi bangsa yang berandil terhadap perwujudan ketertiban dunia.

Lirik Lagu Pop Indonesia (Tugas 3 IBD)


Cokelat - Bendera
















Biar saja ku tak sehebat matahariTapi slaluku coba tuk menghangatkanmuBiar saja ku tak setegar batu karangTapi slalu ku coba tuk melindungimu
Pada bait pertama lagu ini, menyampaikan bahwa tidak harus menjadi kuat untuk mempertahankan sesuatu.
Biar saja ku tak seharum bunga mawarTapi slalu kucoba tuk mengharumkanmuBiar saja ku tak seelok langit soreTapi slalu kucoba tuk mengindahkanmu
Pada bait kedua baris pertama, melukiskan perjuangan/ mengabdian yang akan dilakukan seseorang terhadap negaranya meskipun ia seorang pemuda biasa dengan segala kekurangannya.
Kupertahankan kau demi kehormatan bangsaKupertahankan kau demi tumpah darahSemua pahlawan-pahlawanku
Pada bait ketiga dimaksudkan agar para pemuda akan menjaga harkat dan martabat negaranya demi menghormati dan menghargai jasa sang pahlawan dan merupakan bentuk penghargaan dari para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pahlawan disadari atau tidak sering terlupakan atau dianggap sepele, dalam lirik ini jelas tersirat bahwa kita sebagai bangsa Indonesia harus selalu menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan tersebut dengan tetap berkibarnya bendera merah putih.
Merah putih teruslah kau berkibarDi ujung tiang tertinggi di Indonesiaku iniMerah putih teruslah kau berkibarDi ujung tiang tertinggi di Indonesiaku iniMerah putih teruslah kau berkibarKu akan selalu menjagamu
Dalam lirik bait keempat ini kita harus membangkitkan semangat bangsa agar tetap mengibarkan bendera kebangsaan dengan prestasi yang dapat membanggakan bangsa ini. Untuk melakukan penghargaan terhadap perjuangan yang telah dilakukan oleh pahlawan tidak perlu dengan membela bangsa dalam peperangan, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menjaga bendera merah putih agar tetap berkibar diujung tiang tertinggi  dimaksudkan agar semua orang dapat melihat bahwa merah putih masih tetap berkibar hingga saat ini.


Dapat dilihat bahwa makna yang tersirat dari lagu bendera, penuh dengan semangat nasionalisme yang menceritakan bagaimana keinginan dari kaum muda untuk menjaga negerinya. Meskipun dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh setiap individu namun semangat nasionalisme itu sangat kuat.  Dan tidak menjadi alasan untuk tidak mempertahankan dan mengharumkan Indonesia. Apapun kekurangan kita, untuk mempertahankan merah putih agar tetap berkibar tentu memiliki jalannya masing-masing.

Tahapan Prosesi Upacara Pernikahan Adat Betawi (Tugas 3 IBD)



Jakarta pernah mengalami beberapa kali pergantian nama, di masa penjajahan Belanda ia dinamakan Batavia, kemudian berganti nama menjadi Jayakarta dan sedikit diubah menjadi Jakarta yang namanya dipakai hingga kini. Menjadi nadi pusat ibukota, Jakarta yang menginjak hari jadinya yang ke-486, menyimpan sejuta cerita bagi masyarakat Betawi itu sendiri, maupun para perantau.
Kota Jakarta yang katanya tanah orang Betawi kian hari masyarakatnya harus menepi, dan berbagi kepada pendatang. Meski sudah banyak yang hijrah keluar dari tanah Jakarta, masyarakat Betawi tetap memegang teguh budayanya, terutama budaya pernikahan Betawi yang akan diulas dalam artikel ini.
Masyarakat Betawi memiliki ragam tata cara pernikahan dengan karakteristik yang cukup unik. Dialog spontan, rileks dan terkesan ceplas ceplos  menjadi salah satu ciri khas yang bukan hanya menarik minat untuk diikuti tetapi juga penuh dengan makna. Berikut kami paparkan beberapa tata cara adat pernikahan  yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Betawi.
1. Ngelamar
Ngelamar atau melamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
• Sirih Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat dan diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk. 
• Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warna-warni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau, kuning atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi nilainya, sesuai dengan namanya.
• Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
• Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian wanita.
Setelah ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Dalam rangkaian pernikahan adat Betawi, acara ini merupakan unsur yang sangat menentukan. Apabila tande putus telah disepakati maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal: apa dan berapa banyaknya tande putus, berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta, berapa lama atau berapa hari pesta itu akan diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian upacara perkawinan dikenakan pengantin perempuan, serta perihal siapa dan berapa banyak undangan.
2. Bawa Tande Putus
Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Tande Putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain, begitu pula dengan si pemuda atau calon tuan mantu. Setelah tande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan hari dan tanggal pernikahan.
Menentukan Mahar atau Mas Kawin
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila pihak calon none mantu mengatakan “none kite minta mate bandeng seperangkat,”  itu adalah kata kiasan yang berarti calon none mantu menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Bila pihak calon none mantu menyatakan, “none kite minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan pembicaraan tentang mas kawin ini pihak pengantin pria harus bisa memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mas kawin.
Setelah acara bawa tande putus, kedua belah pihak mempersiapkan keperluan pelaksanaan acara akad nikah. Masa ini dimanfaatkan juga untuk memelihara calon none mantu yang disebut dengan piare calon none penganten dan orang yang memelihara disebut tukang piare penganten atau dukun penganten.
3. Piare Calon None Penganten 
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu) dipelihara olehtukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang. Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
4. Siraman dan Ditangas
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Urut-urutan acara siraman
1. Calon pengantin wanita (none mantu) mengenakan kain sarung dan kebaya tipis. Rambut dikonde sederhana dan ditutup kerudung tipis untuk menahan bunga dari air siraman.
2. Calon pengantin wanita mohon doa restu kepada kedua orang tua untuk melaksanakan upacara mandi, kemudian digandeng ke tempat siraman diiringi Shalawatan Badar.
3. Calon pengantin wanita duduk di kursi yang berlubang.
4. Calon pengantin wanita dimandikan oleh tukang piare dengan air kembang setaman (7 rupa), sambil tukang piare membaca Shalawat dan Dzikir. Bila ada permintaan dari keluarga, maka orang tua ikut memandikan.
Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
5. Ngerik dan Potong Centung
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Ngerik bertujuan membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang piare membuatkan centung(potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
6. Malam Pacar
Inilah malam yang cukup meriah, karena dihadiri para kerabat dekat serta teman-teman dekat calon pengantin wanita. Ritual ini hampir serupa dengan malam bainai dalam adat Padang ataumalam midodareni dalam adat Jawa. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.
Perlengkapan ritual malam pacar adalah daun pacar secukupnya, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam, kapur sirih, bumbu sirih; kue basah khas Betawi secukupnya, serta bantal diberi alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan. Ritual pemberian pacar dipandu oleh tukang piare, dimulai oleh ibu calon mempelai wanita, dilanjutkan oleh para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.
7. Ngerudat (Mengiringi/Ngarak Calon Pengantin Pria)
Merupakan prosesi iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita, berlangsung menjelang upacara akad nikah. Keberangkatan rombongan ini disebut rudat yang artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.


Rombongan membawa perlengkapan dan barang seserahan kepada calon mempelai wanita. Adapun ragam jenis barang bawaan adalah sebagai berikut:
Bahan Seserahan
• Sirih nanas lamaran dan sirih nanas hiasan, ungkapan rasa gembira pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan karena telah menerima lamaran.
• Mahar atau mas kawin, ketika dibawa diapit oleh sirih nanas lamaran.
• Miniatur masjid yang berisi sejumlah uang belanja sesuai pembicaraan.
• Sepasang roti buaya, yang perempuan menggendong buaya kecil di punggungnya, sebagai lambang berakhirnya masa lajang. Menurut pengertian orang Betawi, buaya adalah sejenis satwa yang ulet, panjang umur, kuat, sabar dan setia.
• Kekudang yaitu makanan yang disukai oleh calon pengantin wanita sejak kecil sampai dewasa.
• Kue penganten, biasanya kue kembang (tart) yang dihias.
• Pesalin atau hadiah lengkap berupa seperangkat pakaian wanita, kain, selop, dan alat kecantikan
 Shie berupa kotak kayu segi empat dengan ukiran gaya Cina berisi sayuran.
• Beberapa nampan kue khas Betawi (dodol, wajik, geplok, tape uli, kue lapis dll)
• Satu perangkat idam-idaman yaitu buah-buahan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk perahu sebagai lambang kesiapan pasangan pengantin mengarungi bahtera kehidupan.
Rombongan rudat terdiri dari
1. Dua orang lelaki setengah baya berbaju Jas Kain Serebet yang bertugas sebagai juru bicare.
2. Dua orang jago sebagai pengawal calon tuan mantu berpakaian pangsi.
3. Calon tuan mantu berpakaian Jas Kain Serebet diapit paman dari pihak babe dan enyak.
4. Rombongan rebana ketimpring atau rebana ngarak.
5. Tiga orang pemuda memakai pakaian sadarie membawa sirih nanas lamaran, mahar dansirih nanas hiasan.
6. Tiga orang pemuda membawa miniatur masjid, kekudang, dan kue susun pengantin.
7. Beberapa pemuda membawa roti buaya, shie, pesalin, idam-idaman dan sebagainya.

Suasana meriah menyertai kehadiran rombongan, karena petasan pun dipasang sebagai tanda bahwa rombongan hampir tiba. Pihak calon none mantu akan membalas membunyikan petasan sebagai informasi segala sesuatu sudah siap. Sebuah komunikasi jaman dahulu yang masih tetap dilestarikan.
b. Akad Nikah 
Biasanya dilaksanakan hari Jumat setelah Shalat Jumat di kediaman calon pengantin wanita. Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin wanita mohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Ayah calon pengantin wanita akan menikahkan anaknya, atau meminta penghulu untuk mewakilkan. Selama pelaksanaan akad nikah calon mempelai wanita menunggu di dalam kamar.
8. Acara Kebesaran
Inilah acara yang ditunggu-tunggu, karena melibatkan banyak kerabat kedua belah pihak. Mempelai wanita didahului dua gadis kecil memasuki ruangan menuju puade/pelaminan di dampingi kedua orang tua; diiringi lagu Sirih Kuning. Menyusul kemudian ritual acara kebesaran adalah:
a. Buka Palang Pintu
Pengantin pria harus lolos ujian membuka palang pintu untuk menemui tambatan hati. Rombongan mempelai pria di depan pintu dihadang oleh wakil pihak mempelai wanita. Prosesi diawali saling berbalas pantun, dilanjutkan atraksi silat antara jago dari pihak mempelai wanita dengan jago dari mempelai pria, dimana jago mempelai pria harus mengalahkan jago mempelai wanita. Lalu pembacaan sike yaitu shalawat kepada Nabi Muhammad.
Acara buka palang pintu seharusnya dilakukan sebelum akad nikah, tetapi kini lebih sering dilangsungkan pada saat resepsi, agar bisa disaksikan oleh lebih banyak orang dan hanya bersifat simbolis.

b. Di Puade
Setelah kedua mempelai duduk di puade, tukang rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita. Selanjutnya, mempelai pria memberi sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam rangkaian sirih diselipkan uang sebagaiuang sembe. Lalu mempelai pria membuka cadar mempelai wanita, dilanjutkan acara sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria, lalu kedua mempelai menyembah kepada kedua pihak orang tua. Acara terakhir adalah suapan nasi kuning sebagai suapan terakhir orang tua kepada putra putrinya.